Jakarta – Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI terus mendorong pembangunan industri aspal di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Wilayah tersebut memiliki potensi aspal alami sebesar 694 juta ton. Dengan memiliki potensi aspal buton yang melimpah dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri, serta memiliki peluang untuk mengisi pasar ekspor.
Aspal Buton (Asbuton), merupakan aspal alami yang hanya dapat ditemukan di dua wilayah di dunia, yakni di Indonesia dan di Trinidad, Amerika Selatan. Dari sisi teknologi, Asbuton berbeda dengan aspal minyak.
Teknologi Asbuton terus dikembangkan oleh Kementerian PUPR, baik dari sisi jaminan kualitas dan teknik penghamparan, di antaranya Cold Paving Hotmix Asbuton (CPHMA), B 5/20 Buton Granular Asphalt (BGA), B 50/30 Lawele Granular Asphalt (LGA), pracampur performance grade (PG) 70, pracampur PG 76, pracampur, dan Asbuton Murni.
CPHMA merupakan campuran beraspal yang mengandung Asbuton dan bahan lainnya jika diperlukan, yang sudah dicampur dengan baik di pabrik dan dipasarkan dalam keadaan siap dihampar dan dipadatkan. Teknologi ini dapat membantu menyederhanakan pelaksanaan perkerasan jalan di daerah atau pulau-pulau kecil yang tidak memiliki akses ke alat pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant).
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Ayodhia G.L Kalake dan tim melakukan kunjungan kerja pada hari Senin, 1 Februari 2021 untuk menindaklanjuti rapat koordinasi yang dipimpin oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan pada Januari 2021 lalu.
Ayodhia juga menyampaikan kunjungan tersebut untuk meninjau kesiapan industri Asbuton serta infrastruktur pendukung, seperti pembangunan akses dan pelabuhan, serta tata kelola izin usaha pertambangan (IUP).
Beberapa lokasi yang dikunjungi antara lain, lokasi tambang PT Wijaya Karya Bitumen, Pelabuhan Nambo, Pabrik PT Kartika Prima Abadi, dan Pelabuhan Banabungi PT Wika Bitumen.
“Tujuan kami ke sini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang potensi yang ada di wilayah Buton. Kami datang ke sini karena kami juga ingin memastikan tentang kesiapan fasilitas pendukung, baik infrastruktur maupun sarana prasarana agar nantinya distribusi Asbuton bisa berjalan dengan baik,” jelas Ayodhia (1/2).
Direktur Operasi PT Wijaya Karya Bitumen, Sri Mulyono mengatakan Indonesia berpotensi menjadi negara pengekspor Asbuton. Selama ini Asbuton digunakan untuk pembangunan jalan di Tanah Air.
“Selain sebagai penghasil Asbuton untuk kebutuhan dalam negeri, Indonesia juga berpeluang untuk menjadi negara pengekspor Asbuton murni yang setara dengan aspal minyak pada tahun 2024 dengan rencana pengembangan ekspansi pabrik full extraction,” katanya dalam keterangan pers Kemenko Marves, Selasa (2/2).
Mulyono juga mengatakan, Asbuton memiliki potensi yang sangat besar. Namun untuk pemenuhan kebutuhan aspal nasional masih didominasi oleh impor, karena penggunaan Asbuton masih belum maksimal. Hingga kini, terdapat 16 perusahaan yang bergerak dalam industri Asbuton di Indonesia.
Ayodhia menjelaskan jika sampai tahun 2025 terjadi peningkatan kapasitas Asbuton sebesar 33%, maka Asbuton akan mampu untuk memenuhi kebutuhan aspal nasional sebesar 49,36%. Sisanya, kebutuhan aspal akan diisi oleh Aspal Minyak Pertamina sebesar 37,08% dan 13,61% akan diisi oleh Aspal Minyak Impor.
“Guna mencapai target tersebut, penggunaan Asbuton perlu memperoleh dukungan untuk menjadi prioritas, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, agar dapat digunakan dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan desa,” ujar Ayodhia.
Kemenko Marves menyebut dengan kapasitas terpasang sebanyak 1.995.000 ton Asbuton per tahun, target produksi di Indonesia pada tahun ini baru sepertiganya, yakni sebesar 705,300 ton per tahun.